Mengikis Sikap Otoriter

By Aang khalifa on 02.28 ,
Salah satu yang berbahaya diantara penyakit hati yang kita milki adalah sifat egois, sifat tidak mau kalah, sifat ingin menang sendiri, sifat ingin selalu merasa benar, atau sifat ingin selalu bahwa merasa memang dirinya tidak berpeluang untuk berbuat salah. Sikap seperti ini biasanya menghinggapi orang-orang yang diamanahi kedudukan-seperti para pimpinan dalam sekala apapun.

Sikap-sikap tadi ujung-ujungnya akan bermuara pada sikap otoriter, bahkan lebih jauh lagi akan menjadi seorang diktator (suatu sebutan yang diantaranya dinisbahkan pada pemimpin NAZI Jerman, Adolft Hitler. atau pada pemerintahan fasis Italia zaman Benito Musolini dan juga para pemimpin diktator dunia lainnya).

Pastialah pula kita tidak akana pernah nyaman mendengar kata-kata seperti itu dan kita pula tidak akan pernah suka melihat orang yang otoriter yang segalanya sepertinya harus dalam genggamannya.Dan hasilnya kita tahu sendiri bahwa orang-orang yang memiliki cap otoriter, orang yang selalu segalanya dalam kekuasaannya, semuanya tunduk dan patuh kepadanya, ujungnya adalah kejatuhan dan kehinaan.

dari segi namanya saja sudah menimbulkan kesan tidak enak untuk di dengar kuping,simaklah kata "otoriter","egois",atau "menang sendiri".Sepertinya kita menangkap kesan yang kurang sreg dengan kata-kata ini.Apalagi jika melihat langsung orang yang seperti itu, akan lebih tidak suka lagi. Tapi sayang, sepertinya kita jarang menyisihkan waktu untuk bertanya secara jujur pada diri sendiri, apakah sifat-sifat seperti itu ada pada diri kita atau tidak? Apakah kita ini orang otoriter atau bukan? Maaf-maaf saja kepada orang tua,guru,menager, pimpinan, guru, komandan, bos pokoknya orang-orang yang diamanahi kekuasaan oleh Allah, biasanya memiliki kecenderungan sifat seperti ini.

Orang-orang yang otoriter biasanya memiliki versi tersendiri dalam menanggapi suatu kejadian, versi yang sesuka dia tentunya.Hal ini karena dia selalu memandang lebih dirinya sehingga selalu melihat sesuatu itu kuarannya dan jeleknya saja.Akibatnya sebaik apapun yang dilalukan orang lain selalu saja dari mulutnya keluar omelan, gerutuan, dan koreksi. Tetaplah baginya pepatah, 'nila setitik rusak susu sebelangga' Artinya, karena kesalahan sedikit jeleklah seluruh kelakuannya.Bagi orang otoriter, biasanya tidak ada pilihan lain selain 100% harus sesuai keinginannya.

Hasil kajian sebuah penelitian menyebutkan para korban NAPZA ( Narkoba,pshikotropika, dan zat adaptif lainnya) diantaranya adalah mereka yang tumbuh besar dari kalangan orang tua yang otoriter,keras, mau menang sendiri, dan tidak mau berkomunikasi, dan tidak ada dialog diantara anggota keluarga sehingga si anak bersifat apatis,acuh bahkan akhirnya si anak menumpahkan ketertekanannya pada NAPZA, naudzubillah.

Adapula anak yang selalu bentrok dengan ibunya,karena si ibu menuntut agar dia menurut 100% tanpa reserve.kondisi ini juga dibarengi dengan penilaian kepada anak yang selalu negatif,akibat dari si ibu selalu mengungkapkan sisi sisi yang salah dari si anak.Munculah ungkapan "sedikit-sedikit salah, sedikit-sedikit salah" , bahkan saking kesalnya si anak ini berkata,"kalau saya salah terus kapan benarnya saya ini sebagai manusia","kenapa yang saya lakukan selalu disalahkan?". Padahal kalau si anak belum mengerti seharusnya orang tua terlebuh dahulu yang harus mengerti, kalau si anak belum bisa paham seharusnya orang tua yang duluan paham.Tapi karena orang tuanya kurang mengerti dan kurang ilmu, akhirnya tanpa disadarai si orang tuanya sendiri yang menjerumuskan ankanya ke NAPZA.

Ternyata yang beginilah cara mendidik yang otoriter,yang kaku, dan kurang komunikatif akan menimbulkan anak-anak dalam kondisi tertekan,tidak aman, hingga ujungnya dia lari dari dari kenyataan yang di hadapinya.Begitupun di kantor-kantor atau perusahaan- perusahaan yang memiliki pemimpin bertipe otoriter, pastilah dia akan membuat para karyawannya tertekan. Hal ini dapat diamati pada saat pimpinannya datang ke ruang kerja karyawannya, semua karyawan menjadi tegang, gugup dan panik. Ini terjadi karena kalau pimpinan datang, maka yang dilihat hanya kesalahan-kesalahan karyawannya saja.Mengapa begini? Mengapa begitu? Ini salah! itu salah! jarang memuji, jarang menghargai, jarang menyapa dengan baik, bahkan wajahanya menyeramkan karena jarang senyum. Pada akhirnya karyawan disiplinnya menjadi disiplin takut atau disiplin semu, padahal sebenarnya karyawan merasa tertekan, sakit hati dan bahkan benci kepada pemimpin yang otoriter ini.

Zazakallahu khoir.....!!

Comments

2 Response to 'Mengikis Sikap Otoriter'

  1. Blogger Kota Santri
    http://muzahid-muda.blogspot.com/2010/01/mengikis-sikap-otoriter.html?showComment=1264901514289#c4996784799903495861'> 30 Januari 2010 pukul 17.31

    Sudah sepatutnya di tahun 2010 sikap otoriter diganti dg sikap kekeluargaan.
    Salam Kenal..

     

  2. Aang khalifa
    http://muzahid-muda.blogspot.com/2010/01/mengikis-sikap-otoriter.html?showComment=1264975793149#c1242647387743027268'> 31 Januari 2010 pukul 14.09

    Salam kenal juga Mas shaleh Yunior,,,!
    Betul sekali mas,,sikap kekelurgaan sangatlah kita butuhkan...tapi bagaimanakah sikap kekelurgaan itu bisa menjadi suatu kebiasaan masyarakat kita yg notabene di pimpin oleh para pemimpin yg otoriter.

     

Posting Komentar