"Siapa saja yang angkuh dan enggan menerima Islam, maka kami akan memerangi mereka hingga kami mendapat kemenangan atau memperoleh surga Allah."
Pertama: Karena perjanjian itu menjamin kebebasan berdakwah, tidak dihalangi oleh kekuatan politik apa pun, sebab menurut perjanjian itu, semua orang menghormati pemerintahan Islam yang baru muncul di bawah pimpinan Rasulullah SAW.

Perjanjian itu juga menyebutkan bahwa setiap orang dan setiap golongan tidak boleh membuat sebarang perjanjian damai dan tidak boleh pula mengobarkan perang, juga tidak boleh melakukan hubungan luar, melainkan terlebih dahulu mesti mendapat persetujuan Rasulullah SAW.

Ini jelas menunjukkan bahwa pimpinan dan kekuasaan di Madinah sebenarnya terletak di tangan orang Islam dan kesempatan berdakwah adalah terbuka lebar, juga kebebasan asasi umat manusia mengenai masalah ini (akidah), terjamin sepenuhnya.

Kedua: Di peringkat ini Rasulullah SAW bermaksud mencari penyelesaian dengan kaum Quraisy yang terus menerus menentangnya, dan juga merupakan penghalang utama bagi kaum lain masuk Islam. Rasulullah SAW juga ingin melihat penyelesaian antara golongan Quraisy yang kontra dengan golongan yang pro Islam. Untuk itu, beliau telah mengambil tindakan segera mengirim pasukan patroli (saroya jama' sariyyah), membawa panji-panji Islam.

Patroli pertama yang dikirimnya ialah yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Mutalib (paman Rasulullah sendiri) di bulan puasa menjelang bulan ketujuh hijrah.

Pengiriman patroli atau saroyah itu dilakukan pula menjelang bulan kesembilan hijriah, di bulan ketiga belas dan keenam belas hijriah. Kemudian dikirim pula patroli di bawah pimpinan Abdullah bin Jahsy di awal Rajab bulan ketujuh belas hijriah. Ini saroyah pertama yang mengalami pertempuran sengit.

Pertempuran ini terjadi di bulan haram (bulan suci yang dilarang berperang). Pertempuran inilah menjadi sebab turunnya Firman Allah:

“Mereka bertanya kepadamu [wahai Muhammad] tentang hukum berperang di bulan yang dihormati. Katakanlah: Berperang di bulan itu adalah dosa besar; tetapi perbuatan menghalangi [orang Islam dari jalan Allah, kafir kepada Allah menghalangi orang Islam masuk] Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarya; lebih besar [dosanya] di sisi Allah. Dan fitnah itu lebih besar [dosanya] daripada berbunuhan [semasa perang dalam bulan haram]. Mereka tidak berhenti-hentinya memerangi kamu sampai mereka [dapat] mengembalikan kamu dari agama kamu [kepada kekafiran] seandainya mereka sanggup [berbuat demikian].” (Al-Baqarah: 217)

Kemudian peperangan Besar Badar (Badrul-Kubra) terjadi pada bulan Ramadan tahun itu juga dan peperangan itulah yang menjadi sebab turunnya Surah Al-Anfaal.

Kalau hal itu dijadikan dasar dari latar belakang kejadian peperangan ini, maka sama sekali tidak langsung berhubungan dengan alasan “mempertahankan diri” menurut definisinya yang sangat sempit itu, untuk dijadikan dasar bagi gerakan jihad Islam; seperti yang selalu dikatakan oleh orang-orang yang dangkal pikirannya menghadapi realita yang berlaku dan menghadapi putar belit kaum orientalis.

Orang-orang yang sengaja mencari-cari alasan menjalankan gerakan Islam dalam bentuk “mempertahankan diri” saja sebenarnya telah beroleh ilham dan inspirasi dari serangan kaum orientalis. Ketika umat Islam sedang kehilangan kekuasaan seperti sekarang ini, dan bahkan ketika orang-orang Islam sedang kehilangan “Islam” itu sendiri, kecuali orang-orang yang masih dipelihara Allah iman dan semangatnya, yang masih terus melaksanakan proklamasi umum Islam mengenai kebebasan umat MANUSIA di atas BUMI ini dari sebarang kekuasaan yang lain dari kekuasaan Allah SWT, supaya kekuasaan itu menjadi kepunyaan Allah SWT seluruhnya, lalu mereka berusaha dan berjuang terus meniupkan semangat jihad dengan menonjolkan nama dan lambang Islam dengan tujuan untuk memenangkan Islam saja.

Gerakan dakwah Islam tidak memerlukan sebarang pedoman dan fakta sandaran yang lebih tepat daripada panduan wahyu Ilahi ini:

“Oleh kerana itu, maka hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat [yaitu orang mukmin yang mengutamakan kebahagiaan hidup akhirat atas hidup dunia ini] berperang di jalan Allah. [karena] Barangsiapa yang berperang di jalan Allah lalu terbunuh [syahid] atau beroleh kemenangan, maka kelak Kami akan berikan kepadanya pahala yang besar. Dan mengapakah kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita dan anak-anak yang selalu berdoa dengan berkata “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini [Mekah] yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau”. Orang-orang yang beriman itu berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir pula berperang di jalan taghut [setan] sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (An - Nisaa': 74-76)

“Katakanlah [wahai Muhammad] kepada orang-orang kafir itu: Jika mereka berhenti [dari kekafirannya] Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu. Dan jika mereka kembali lagi [kembali menjadi kafir semula dan memerangi Nabi] maka sesungguhnya akan berlaku [kepada mereka] sunnah [Allah terhadap] orang-orang dahulu”. Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah [gangguan terhadap agama Islam] dan supaya agama itu bagi Allah semata-mata [supaya orang Islam bebas melaksanakan ajaran agamanya].

”Jika mereka berhenti [dari kekafiran dan gangguan] maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Dan jika mereka berpaling [enggan beriman dan tidak berhenti menceroboh] ketahuilah bahawasanya Allah Pelindungmu dan sebaik-baik penolong.” (Al Anfaal: 38-40)

Dan firman Allah:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak [pula] kepada hari akhirat dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar [agama Allah], yaitu orang-orang [Yahudi dan Kristen] yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan keadaan taat dan merendahkan diri. Dan berkata orang-orang Yahudi: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknat Allahlah mereka. Bagaimana mereka dapat berpaling [dari kebenaran]? Mereka jadikan pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan] Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Suci dari apa yang mereka persekutukan.” (At Taubah: 29-31)

Inilah fakta-fakta sandaran yang mengesakan ketuhanan Allah di “bumi” ini, dan melaksanakan panduan-Nya di dunia ini, serta menghalau setan dan kelompoknya, juga menghancurkan kekuasaan manusia yang menindas dan menekan sesama umat manusia sedangkan semua manusia adalah hamba Allah Yang Maha Berkuasa. Manusia tidak boleh saling menguasai dan saling mengabdi oleh dan kepada sesiapa pun dari kalangan sesama hamba Allah dengan mengatasnamakan diri mereka sendiri atau dengan undang-undang yang bersumber dari hawa nafsu dan pendapat mereka sendiri.

Pada fase ini, mulailah berlaku kalimat “tiada paksaan dalam beragama”, iaitu tiada paksaan untuk menganut agama Islam dan akidah apa pun, setelah seluruh umat manusia terbebas dari pengabdian oleh sesama manusia dan setelah diakui tegaknya suatu dasar bahwa kekuasaan seluruhnya adalah kepunyaan Allah.

Bila mereka ditanya mengenai motif yang mendorong mereka berjuang, mereka tidak akan pernah menjawab, “Kami berjuang untuk mempertahankan negeri kami yang sedang terancam.” Atau, “kami berperang untuk meredam kemaraan musuh dari Parsi dan Romawi yang merongrong kedaulatan negara kami.” Atau, “kami berjuang untuk memperluas kawasan negara kami dan mengumpul harta rampasan.”

Tidak karena semua itu. Namun, mereka akan menjawab seperti jawaban Sayidina Rab'a bin 'Amir, Huzaifah bin Muhsan dan Al-Mughirah bin Syu'bah, kepada Rustam Panglima Angkatan Perang Parsi di Medan Perang Qadisiah yang telah bertanya kepada mereka seorang demi seorang dalam tempo tiga hari berturut-turut sebelum terjadinya pertempuran hebat antara tentara Parsi yang cukup lengkap dengan persenjataan tentara Islam yang kecil jumlah dan sedikit sekali persenjataannya.

Rustam bertanya kepada mereka, “Apakah yang mendorong kamu ke mari untuk berperang dengan kami?”

Jawaban mereka adalah bersamaan antara satu dengan yang lain, tidak berubah dan tidak berbeda. Jawaban mereka berbunyi, “Bahwa Allah telah mengutus kami untuk mengajak dan menyeru tuan-tuan dan semua orang yang memperlihatkan taat setianya kepada sesama manusia untuk bersama-sama dengan kami menyembah dan menuju pengabdian kepada Allah Yang Maha Esa.

Mereka juga mengajak Romawi dan Parsi untuk keluar dari kesempitan hidup dunia kepada ruang hidup yang lebih luas, di dunia dan akhirat, dari keganasan dan kekejaman agama-agama kepada keadilan Islam lalu diutus-Nya utusan-Nya kepada seluruh umat manusia. Siapa saja menerima Islam, maka kami sambut mereka dan kami akan meninggalkan negeri mereka. Kami persilakan mereka terus berkuasa di negeri mereka sendiri.

Sebaliknya, siapa saja yang angkuh dan enggan menerima Islam maka kami akan memerangi mereka sehingga kami mendapat kurnia surga Allah atau kami beroleh kemenangan.”

Sebenarnya ada tenaga pendorong di dalam tabiat agama ini dalam proklamasi umum dan juga dalam programnya yang berpijak dalam realita untuk umat manusia, yang sesuai dengan bentuk hidup umat manusia yang beragam. Tenaga pendorong utama itu senantiasa hidup tegak, walaupun tiada sebarang bentuk permusuhan atas negeri Islam dan juga terhadap kedaulatan orang-orang Islam di dalam negeri itu, krena ia adalah tenaga pendorong yang sejati dan asli di dalam program dan realitanya, bukan sekadar bertumpu pada mempertahankan diri saja, yang sangat sementara bentuknya.

Seorang muslim itu cukup mampu untuk keluar berjuang mempertaruhkan jiwa raga dan harta bendanya di “jalan Allah” saja, di jalan dasar dan nilai Allah saja, tiada sebarang keuntungan materi untuk diri dan golongannya, tiada pula sebarang impian kebendaan yang mendorongnya.

Sebelum setiap orang muslim keluar berjuang dan berperang di medan jihad, pada hakikatnya dia telah berhasil mengarungi medan jihad yang amat besar di dalam dirinya sendiri, melawan godaan setan dalam hatinya, menentang nafsu dan syahwat keinginan yang beraneka bentuk, menentang rasa tamak, menentang rasa cinta diri, cinta kaum kerabat dan anak bangsa sendiri, dan bahkan menentang sebarang simbol yang bukan simbol Islam, menentang sebarang dorongan untuk menyembah dan mematuhi sebarang kekuasaan selain Allah dan sebarang halangan dari terlaksananya kekuasaan dan pemerintah Allah di muka bumi ini serta menghancurkan kekuasaan “TAGHUT” dan setan-setan kekuasaan yang merampas kekuasaan Allah.

Orang-orang yang sengaja mencari-cari jalan untuk mendapatkan sebarang fakta sandaran ke arah perjuangan dan jihad Islam dengan tujuan mempertahankan “Negara Islam” saja, orang yang seperti itu adalah orang yang suka merendahkan dasar dan program agama dan memandangnya lebih murah nilainya daripada “negeri”.

Ini bukan konsep Islam yang benar, bahkan ia merupakan suatu teori dan pendapat yang sumbang dan usang sama sekali dari selera Islam; sebab akidah dan program yang mengatur perjalanannya dan masyarakat yang hendak dikuasai oleh akidah dan program itu adalah suatu simpulan kata yang sama dan satu dalam selera Islam.

Adapun “tanah” dan “bumi” saja maka tiada apa nilai dan harga pun, kerana setiap nilai dan harga bagi “tanah” dan “bumi” dalam pandangan Islam adalah berujung pada berkuasanya program dan ajaran Allah di atas “tanah” dan “bumi” itu. Karena itulah maka “bumi” itu menjadi tapak semaian akidah dan juga program itu di dalam bentuk “Negeri Islam”, dan juga merupakan titik permulaan bagi perjalanan ke arah kebebasan umat manusia.

Memang benar bahwa menjaga “Negeri Islam” itu berarti menjaga akidah, program dan masyarakat yang di dalamnya akidah dan program itu berkuasa dan berdaulat. Tapi mesti diingat, ini bukan tujuan terakhir. Bukan tugas menjaga keselamatan menjadi tujuan terakhir bagi gerakan jihad Islam. Kerena mengawal keselamatannya adalah merupakan satu jalan saja bagi tegak dan terlaksananya perintah Allah di dalamnya, juga dijadikan garis permulaan bertolak, sebab umat manusia adalah merupakan alat dan bahan bagi gerakan agama ini manakala bumi dan tanah pula merupakan tempat ia berpijak dan tumbuh mekar.


Kita telah mengatakan bahwa perjalanan membawa dan memikul ajaran agama ini akan dihadang oleh berbagai bentuk halangan, baik yang berbentuk kekuasaan negara, sistem sosial dan politik dan juga berbentuk realita yang menguasai keadaan, sedangkan semuanya adalah hal-hal yang hendak dihancurkan oleh Islam dengan menggunakan kekuatan, supaya seluruh umat manusia dapat hidup bebas berhadapan dengannya, bebas berbicara dan mengetuk pintu hati dan fikirannya, setelah seluruh umat manusia itu dibebaskan dari belenggu, dan setelah mereka beroleh kebebasan penuh.

Kita mestinya tidak mudah terpedaya dengan tipu muslihat kaum orientalis terhadap dasar “jihad” dan kita sekali-kali jangan rela menanggung beban yang ditimbulkan oleh realita dalam kekalutan dunia zaman sekarang, lalu kita mencari-cari motif lain untuk jihad Islam di luar tabiat asal agama ini sendiri, supaya dapat bertahan untuk sementara. Jihad akan terus berjalan, dengan disertai atau tanpa motif itu.

Di samping itu kita membongkar realiti sejarah, kita tidak boleh lupa pokok dan inti tabiat agama ini, dan jangan sekali-kali kita cuba mencampur-adukkan inti itu dengan realiti yang berbentuk pertahanan yang bersifat sementara itu.
[More]
Salah satu yang berbahaya diantara penyakit hati yang kita milki adalah sifat egois, sifat tidak mau kalah, sifat ingin menang sendiri, sifat ingin selalu merasa benar, atau sifat ingin selalu bahwa merasa memang dirinya tidak berpeluang untuk berbuat salah. Sikap seperti ini biasanya menghinggapi orang-orang yang diamanahi kedudukan-seperti para pimpinan dalam sekala apapun.

Sikap-sikap tadi ujung-ujungnya akan bermuara pada sikap otoriter, bahkan lebih jauh lagi akan menjadi seorang diktator (suatu sebutan yang diantaranya dinisbahkan pada pemimpin NAZI Jerman, Adolft Hitler. atau pada pemerintahan fasis Italia zaman Benito Musolini dan juga para pemimpin diktator dunia lainnya).

Pastialah pula kita tidak akana pernah nyaman mendengar kata-kata seperti itu dan kita pula tidak akan pernah suka melihat orang yang otoriter yang segalanya sepertinya harus dalam genggamannya.Dan hasilnya kita tahu sendiri bahwa orang-orang yang memiliki cap otoriter, orang yang selalu segalanya dalam kekuasaannya, semuanya tunduk dan patuh kepadanya, ujungnya adalah kejatuhan dan kehinaan.

dari segi namanya saja sudah menimbulkan kesan tidak enak untuk di dengar kuping,simaklah kata "otoriter","egois",atau "menang sendiri".Sepertinya kita menangkap kesan yang kurang sreg dengan kata-kata ini.Apalagi jika melihat langsung orang yang seperti itu, akan lebih tidak suka lagi. Tapi sayang, sepertinya kita jarang menyisihkan waktu untuk bertanya secara jujur pada diri sendiri, apakah sifat-sifat seperti itu ada pada diri kita atau tidak? Apakah kita ini orang otoriter atau bukan? Maaf-maaf saja kepada orang tua,guru,menager, pimpinan, guru, komandan, bos pokoknya orang-orang yang diamanahi kekuasaan oleh Allah, biasanya memiliki kecenderungan sifat seperti ini.

Orang-orang yang otoriter biasanya memiliki versi tersendiri dalam menanggapi suatu kejadian, versi yang sesuka dia tentunya.Hal ini karena dia selalu memandang lebih dirinya sehingga selalu melihat sesuatu itu kuarannya dan jeleknya saja.Akibatnya sebaik apapun yang dilalukan orang lain selalu saja dari mulutnya keluar omelan, gerutuan, dan koreksi. Tetaplah baginya pepatah, 'nila setitik rusak susu sebelangga' Artinya, karena kesalahan sedikit jeleklah seluruh kelakuannya.Bagi orang otoriter, biasanya tidak ada pilihan lain selain 100% harus sesuai keinginannya.

Hasil kajian sebuah penelitian menyebutkan para korban NAPZA ( Narkoba,pshikotropika, dan zat adaptif lainnya) diantaranya adalah mereka yang tumbuh besar dari kalangan orang tua yang otoriter,keras, mau menang sendiri, dan tidak mau berkomunikasi, dan tidak ada dialog diantara anggota keluarga sehingga si anak bersifat apatis,acuh bahkan akhirnya si anak menumpahkan ketertekanannya pada NAPZA, naudzubillah.

Adapula anak yang selalu bentrok dengan ibunya,karena si ibu menuntut agar dia menurut 100% tanpa reserve.kondisi ini juga dibarengi dengan penilaian kepada anak yang selalu negatif,akibat dari si ibu selalu mengungkapkan sisi sisi yang salah dari si anak.Munculah ungkapan "sedikit-sedikit salah, sedikit-sedikit salah" , bahkan saking kesalnya si anak ini berkata,"kalau saya salah terus kapan benarnya saya ini sebagai manusia","kenapa yang saya lakukan selalu disalahkan?". Padahal kalau si anak belum mengerti seharusnya orang tua terlebuh dahulu yang harus mengerti, kalau si anak belum bisa paham seharusnya orang tua yang duluan paham.Tapi karena orang tuanya kurang mengerti dan kurang ilmu, akhirnya tanpa disadarai si orang tuanya sendiri yang menjerumuskan ankanya ke NAPZA.

Ternyata yang beginilah cara mendidik yang otoriter,yang kaku, dan kurang komunikatif akan menimbulkan anak-anak dalam kondisi tertekan,tidak aman, hingga ujungnya dia lari dari dari kenyataan yang di hadapinya.Begitupun di kantor-kantor atau perusahaan- perusahaan yang memiliki pemimpin bertipe otoriter, pastilah dia akan membuat para karyawannya tertekan. Hal ini dapat diamati pada saat pimpinannya datang ke ruang kerja karyawannya, semua karyawan menjadi tegang, gugup dan panik. Ini terjadi karena kalau pimpinan datang, maka yang dilihat hanya kesalahan-kesalahan karyawannya saja.Mengapa begini? Mengapa begitu? Ini salah! itu salah! jarang memuji, jarang menghargai, jarang menyapa dengan baik, bahkan wajahanya menyeramkan karena jarang senyum. Pada akhirnya karyawan disiplinnya menjadi disiplin takut atau disiplin semu, padahal sebenarnya karyawan merasa tertekan, sakit hati dan bahkan benci kepada pemimpin yang otoriter ini.

Zazakallahu khoir.....!!
[More]
Keheningan malam ini membuatku teringat akan kebesaran-Mu yaa Rabb. Indahnya bentuk bulan yang ku pandang sisela-sela jendela kamarku seakan dia mengajakku untuk berbincang seraya tersenyum memancarkan cahayanya!
Lalu bulan yang mempesona itu bertanya kepadaku:

Bulan: Wahai insan yang sedang termangu! apa yang kau pikirkan?

Aku: Wahai Bulan, Diriku sedang memandangmu betapa indah dirimu diciptakan!

Bulan: aku hanyalah mahluk Allah yang diciptakan untuk menerangi malam-malammu agar kau tidak kesepian!

Aku: ohh,,,bulan baik sekali dirimu! aku hanyalah insan yang lemah yang tiada daya dan tidak sempurna!

Bulan: wahai insan janganlah kau merendah,,,diriku diciptakan hanya seorang diri. tanpa teman, tanpa sahabat, dan tanpa pasangan!

Aku: bulan,,,apakah aku orang yang tidak bersyukur??

Bulan: wahai Insan,,,semua mahluk yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya setiap waktu di dalam kesibukan!

Aku: wahai bulan,,,aku sedang memikirkan seorang Insan yang bisa menemaniku didalam kesepian,yang bisa menyejukan hatiku didalam kegelisahan,yang bisa menenangkan pikiranku didalam peliknya kehidupan dunia.

Bulan: wahai Insan,,,aku tahu perasaanmu. kehidupan ini memang indah seandainya ada seseorang yang bisa bersanding menemanimu di setiap hirup napasmu!

Aku: Wahai bulan,,,apa yang harus aku lakukan?

Bulan: wahai Insan bertwaqallah karena tawaqal merupakan hakekat keinginan,,,Ingatlah Allah!
Allah Miliknyalah semua kekayaan, keabadian,pertolongan,kekuatan,kemuliaan,kemampuan dan hikmah.
Allah darinyalah semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan.

Aku: wahai bulan,,,aku sedang merindukan seseorang!

Bulan: wahai insan,,,seberapakah kekuatan rindumu terhadap orang yang kau cintai?

Aku: sangat rindu,,,wahai bulan!

Bulan: wahai Insan,,, apakah rasa rindu, cinta dan kasih sayang terhadap orang yang kau sayangi bisa membahagiakanmu??

Aku: Ohhh bulan,,,terus terang rasa ini malah menyiksaku!

Bulan: Wahai insan,,,sekali lagi Ingatlah Allah!!
Belum tentu orang yang kau cintai,yang kau kasihi dan yang kau sayangi, dia juga mencintai, mengasihi dan menyangimu...
tetapi Allah, Dialah maha mencintai, maha mengsihi dan maha menyayangi!
Ingatlah Allah dimanapun kamu berada, maka Allah akan senantiasa menjagamu,mencintaimu, mengasihimu dan menyangimu,,,Ingatlah Allah selalu wahai Insan!!

Aku: Wahai bulan,,,terima kasih atas Nasehatmu!!

Dan akupun membaringkan badanku,menutup kelopak mataku, mengintropeksi diriku,,,lalu zzzZZZzzzt Tidurrrr!!!

[More]
Nabi Muhammad s.a.w. (bahasa Arab: محمد‎) adalah utusan Allah yang terakhir. Muhammad adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam dan merupakan Rasulullah bagi seluruh umat di dunia. Sesungguhnya Nabi Muhammad merupakan suatu rahmat bagi umat manusia seluruh alam. Nabi Muhammad bukan saja diangkat sebagai seorang rasul tetapi juga sebagai pemimpin, ketua tentera dan juga sebagai pendamai. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah, Arab Saudi dan kembali ke rahmatullah di Madinah. Walaupun diketahui bahwa Muhammad merupakan rasul dan nabi terakhir bagi umat manusia oleh orang Islam, tetapi orang-orang Yahudi dan Kristen enggan mengakui Muhammad sebagai nabi dan rasul. Nabi Muhammad merupakan pelengkap ajaran Islam setelah Nabi Musa dan Nabi Isa.

Allah berfirman dalam Surah Al-Anbiya, ayat 107:

"Dan tidak kami (Allah) utuskan kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.

KELAHIRAN

Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah, pada hari senin, 12 Rabiulawal (20 April 571M). Ibu Muhammad, yaitu Aminah binti Wahb, adalah anak perempuan dari Wahb bin Abdul Manaf dari keluarga Zahrah. Ayahnya, Abdullah, ialah anak dari Abdul Muthalib. Keturunannya berasal dari Ismail, anak dari Ibrahim kira-kira dalam keturunan keempat puluh.

Ayahnya telah meninggal sebelum kelahiran beliau. Sementara ibunya meninggal ketika beliau berusia kira-kira enam tahun, menjadikannya seorang anak yatim. Menurut tradisi keluarga atasan Mekah, Muhammad dipelihara oleh seorang ibu angkat(ibu susu:-wanita yang menyusui beliau) yang bernama Halimahtus Sa'adiah di kampung halamannya di pergunungan selama beberapa tahun. Dalam tahun-tahun itu, Muhammad lalu dibawa ke Makkah untuk mengunjungi ibunya. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Ketika kakeknya meninggal, Muhammad dijaga oleh pamannya, Abu Talib. Ketika inilah beliau sering kali membantu mengembala kambing-kambing pamannya di sekitar Mekah dan kerap menemani pamannya dalam urusan perdagangan ke Syam (Syria).

Sejak kecil, Nabi Muhammad tidak pernah menyembah berhala dan tidak pernah terlibat dengan kehidupan sosial arab jahiliyyah yang merusakkan dan penuh kekufuran."

MASA REMAJA

Dalam masa remajanya, Muhammad percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah. Beliau hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan congkak. Beliau menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berkongsi penderitaan mereka dengan berusaha menolong mereka. Beliau juga menghindari semua kejahatan yang menjadi kebiasan di kalangan para remaja pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga beliau dikenali sebagai As Saadiq (yang benar) dan Al Amin (yang amanah). Beliau sentiasa dipercayai sebagai orang tengah kepada dua pihak yang berselisih di kampung halamannya di Mekah.

BERUMAHTANGGA

Ketika berusia kira-kira 25 tahun, paman beliau menyarankan untuk bekerja dengan kafilah (rombongan perniagaan) yang dimiliki oleh seorang janda yang bernama Khadijah. Beliau diterima bekerja dan bertanggungjawab terhadap pelayaran ke Syam (Syria). Beliau mengelola urusan niaga itu dengan penuh bijaksana dan pulang dengan keuntungan luar biasa.

Khadijah begitu tertarik dengan kejujuran dan watak peribadinya yang mendorong beliau untuk menawarkan diri untuk menikahinya. Beliau menerima lamarannya dan pernikahan mereka sangat bahagia. Mereka dikaruniai 7 orang anak (3 laki-laki dan 4 perempuan) tetapi ketiga anak laki-laki mereka, Qasim, Abdullah dan Ibrahim meninggal semasa kecil. Tinggal anak perempuan ialah Ruqayyah, Zainab, Ummu Kalsum dan Fatimah az-Zahra. Khadijah merupakan satu-satunya isteri RAsulullah yang sangat ia sayangi,khadijah meninggal pada usia 51 tahun.

BAPAK DAN IBU SAUDARA NABI MUHAMMAD

* Al-Harith bin Abdul Muthalib
* Muqawwam bin Abdul Muthalib
* Zubair bin Abdul Muthalib
* Hamzah bin Abdul Muthalib
* Al-Abbas bin Abdul Muthalib
* Abu Thalib bin Abdul Muthalib
* Abu Lahab bin Abdul Muthalib
* Abdul Kaabah bin Abdul Muthalib
* Hijl bin Abdul Muthalib
* Dzirar bin Abdul Muthalib
* Ghaidaq bin Abdul Muthalib
* Safiyah binti Abdul Muthalib
* 'Atikah binti Abdul Muthalib
* Arwa binti Abdul Muthalib
* Umaimah binti Abdul Muthalib
* Barrah binti Abdul Muthalib
* Ummi Hakim al-Bidha binti Abdul Muthalib

KERASULAN

Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah. Ia sungguh menyedihkan hatinya sehingga beliau kerapkali ke Gua Hira, sebuah gua bukit dekat Makkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur untuk memikirkan cara untuk mengatasi gejala yang dihadapi masyarakatnya. Di sinilah Muhammad sering berfikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kedurjanaan yang kian merajalela.

Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira, Malaikat Jibril mendatangi Muhammad. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Beliau diminta membaca. Beliau menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta Muhammad untuk membaca tetapi jawaban beliau tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Amat Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu beliau berusia 40 tahun. Wahyu itu turun kepada beliau dari suatu masa ke masa dalam jangka masa 23 tahun. Siri wahyu ini telah diturunkan menurut panduan yang diberikan Rasulullah dan dikumpulkan dalam buku bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan). Kebanyakkan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas. Sebagian diterjemah dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian pula diterjemah oleh Rasulullah sendiri melalui percakapannya, tindakan dan persetujuan yang terkenal, dengan nama Sunnah. Al-Quran dan al Sunnah digabungkan bersama untuk menjadi panduan dan cara hidup mereka yang menyerahkan diri kepada Allah.


MARHALAH DAKWAH RASULULLAH

Perjuangan dakwah Rasulullah yang boleh diringkaskan sebagai berikut:

* Pertama: Marhalah Tasqif - tahap pembinaan dan pengkaderan untuk melahirkan individu-individu yang menyakini pemikiran (fikrah) dan metod (thariqah) partai politik guna membentuk kerangka gerakan.

* Kedua: Marhalah Tafa’ul ma’al Ummah - tahap berinteraksi dengan umat agar umat turut sama memikul kewajiban dakwah Islam, sehingga umat akan menjadikan Islam sebagai masalah utama dalam hidupnya serta berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

* Ketiga: Marhalah Istilamil Hukmi - tahap pengambilalihan kekuasaan, dan penerapan Islam secara utuh serta menyeluruh, lalu mengembangkannya sebagai risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.

THALABUN NUSRAH

Thalabun Nusrah adalah detik bersejarah yang dapat dikutif didalam kitab sirah dan merupakan satu aktivitis penting dalam marhalah kedua perjuangan Rasulullah Lestari atau tidaknya dakwah ditentukan olehnya kerana keberlangsungan dakwah memerlukan dua aspek penting:-

* Pertama, untuk mendapatkan perlindungan (himayah) sehingga tetap dapat melakukan aktivitis dakwah dalam keadaan aman dan terlindung.

* Kedua, untuk mencapai tampuk pemerintahan dalam rangka menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam) dan menerapkan hukum-hukum berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah SWT dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

COBAAN-COBAAN

Apabila Rasulullah menyeru manusia ke jalan Allah, tidak banyak yang mendengar seruannya. Kebanyakkan pengikut beliau adalah dari anggota keluarganya dan dari golongan masyarakat bawahan, Antara mereka ialah Khadijah, Ali, Zayd dan Bilal. Apabila baginda memperluas kegiatan dakwahnya dengan mengumumkan secara terbuka agama Islam yang disebarkannya, dengan itu ramai yang mengikutnya. Tetapi pada masa, beliau menghadapi berbagai cobaan dari kalangan bangsawan dan para pemimpin yang merasakan kedudukan mereka terancam. Mereka bangkit bersama untuk mempertahankan agama nenek moyang mereka.

Semangat penganut Islam meningkat apabila sekumpulan kecil masyarakat yang dihormati di Makkah menganut agama Islam. Antara mereka ialah Abu Bakar, Uthman bin Afan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harith, Amr bin Nufail dan banyak lagi.

Akibat cobaan dari masyarakat jahiliyah di Mekah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkir dan diasingkan. Beliau terpaksa bersabar dan mencari perlindungan untuk pengikutnya. Baginda meminta Negus Raja Habsyah, untuk membenarkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya. Negus menunggu-nunggu ketibaan mereka dan tidak membiarkan mereka diserang oleh penguasa di Makkah.


HIJRAH

Di Makkah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. beberapa abad lalu sebagai pusat penyatuan umat untuk beribadat kepada Allah. Sebelumnya ka'bah dijadikan oleh masyarakat jahiliyah sebagai tempat sembahyang selain dari Allah. Mereka datang dari berbagai daerah Arab, mewakili berbagai suku ternama. Ziarah ke Ka'bah dijadikan mereka sebagai sebuah pesta tahunan. Orang ramai bertemu dan berhibur dengan kegiatan-kegiatan tradisi mereka dalam kunjungan ini. Beliau mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Antara mereka yang tertarik dengan seruan beliau ialah sekumpulan orang dari Yathrib. Mereka menemui Rasulullah dan beberapa orang Islam dari Mekah di desa bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah dan orang-orang Islam Mekah.

Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Makkah. Mereka menemui Rasulullah di tempat yang mereka bertemu sebelumnya. Kali ini, Abbas bin Abdul Muthalib, utusan beliau yang belum menganut Islam hadir dalam pertemuan itu. Mereka mengundang beliau dan orang-orang Islam Mekah untuk berhijrah ke Yathrib. Mereka berjanji akan melayani mereka sebagai saudara seagama. Dialog yang memakan masa agak lama diadakan antara mayarakat Islam Yathrib dengan utusan Rasulullah untuk memastikan mereka sesungguhnya berhasrat mengalu-alukan masyarakat Islam Mekah di daerah mereka. Rasulullah akhirnya setuju untuk berhijrah beramai-ramai ke daerah baru itu.

MADINAH

Di Madinah, kerajaan Islam diwujudkan di bawah pimpinan Rasulullah Umat Islam bebas mengerjakan solat di Madinah. Musyrikin Makkah mengetahui akan perkara ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke wilayah Madinah tetapi semuan ditangkis dengan mudah oleh umat Islam. Satu perjanjian kemudian dibuat dengan memihak kepada pihak Quraish Makkah. Walau bagaimanapun perjanjian itu dilanggar oleh mereka dengan menyerang sekutu umat Islam. Orang Muslim pada ketika itu menjadi semakin kuat setelah kaum Quraish membuat keputusan untuk menyerang musyrikin Makkah menandakan perjanjian telah dilanggar.

Mengetahui banyak masyarakat Islam berencana meninggalkan Makkah, masyarakat jahiliyah Mekah cuba menghalang mereka. Namun kumpulan pertama telah berhasil berhijrah ke Yathrib. Masyarakat jahiliyah Mekah bimbang hijrah ke Yathrib akan memberi peluang kepada orang Islam untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain.

Hampir dua bulan seluruh masyarakat Islam dari Makkah kecuali Rasulullah, Abu Bakar, Ali dan beberapa orang yang daif, telah berhijrah. Masyarakat Mekah kemudian memutuskan untuk membunuh beliau. Mereka merancang namun tidak berhasil. Dengan berbagai taktik dan rancangan yang teratur, Rasulullah akhirnya sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenali sebagai, 'Bandar Rasulullah'.

FATHU MAKKAH (PENAKLUKAN KOTA MAKKAH)

Pembukaan Kota Mekah (bahasa Arab: فتح مكة, Fathu Makkah) bermaksud MembebasKan Kota Mekah dari pengaruh, amalan & cengkraman jahliyah. Sebelum Mekah dikuasai oleh Islam, ia berfungsi sebagai pusat penyembahan berhala dan lain-lain amalan tradisi masyarakat Arab jahiliyah.
Setelah delapan tahun berhijrah ke Madinah, Muhammad beserta 10.000 pasukan tentera Islam kembali dan menguasai Mekah secara keseluruhan, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah pada 10 Ramadan 8 H(Januari 630 M)
Latar Belakang
Menurut catatan sejarah, setelah Perjanjian Hudaibiyah ditandatangani pada tahun keenam hijrah (628 M), Islam berkembang dengan meluas. Hal ini telah menyebabkan masyarakat Quraisy merasa iri hati. Mereka juga telah membantu Bani Bakar untuk menyerang Bani Khuzaáh yang memberikan kesetiaan kepada Rasulullah s.a.w.

Ketika Rasulullah mengetahui hal ini, lalu beliau bersama-sama 10,000 orang tentera Islam terus menuju ke Mekah. Dalam perjalanan, tentera Islam telah bermalam di 'Marun zahrán', Rasulullah mengerahkan tentera Islam supaya mendirikan khemah dan menyalakan obor api yang banyak untuk menggerunkan masyarakat Quraisy. Rasulullah juga telah mengutus Abbas bin Abdul Mutalib untuk berunding dengan Abu Sufyan.

Untuk memasuki kota Mekah Rasulullah memerintahkan tentera Islam supaya berpecah kepada empat kumpulan dan memasuki Mekah melalui empat penjuru. Mereka juga diminta supaya tidak melakukan kekerasan atau pembunuhan kecuali apabila terpaksa. Namun, pertempuran hanya berlaku di selatan Mekah dan telah mengorbankan dua orang tentera Islam dan tiga belas orang masyarakat Quraisy.

Setelah memasuki Mekah, Rasulullah melakukan tawaf, mencium Hajar Aswad dan memusnahkan berhala yang terdapat di sekeliling Ka'bah. Beliau juga memasuki Ka'bah dan mencuci dinding Kaabah dengan air zam-zam. Selain itu, baginda memaafkan dan membebaskan penduduk Mekah yang pernah menentang Islam.

MENELADANI PERBUATAN RASULLAHU

Perbuatan-perbuatan yang dilakukan Rasulullah dibagi menjadi dua macam. Ada yang termasuk perbuatan-perbuatan jibiliyah, iaitu perbuatan yang dilakukan manusia secara fitri, dan ada pula perbuatan-perbuatan selain jibiliyah. Perbuatan-perbuatan jibiliyah, seperti berdiri, duduk, makan, minum dan lain sebagainya, tidak ada perselisihan bahwa status perbuatan tersebut adalah mubah (harus), baik bagi Rasulullah maupun bagi umatnya. Oleh kerana itu, perbuatan tersebut tidak termasuk dalam kategori mandub (sunat).

Sedangkan perbuatan-perbuatan yang bukan jibiliyah, boleh jadi termasuk dalam hal-hal yang ditetapkan khusus bagi Rasulullah, dimana tidak seorang pun diperkenankan mengikutinya (haram); atau boleh jadi tidak termasuk dalam perbuatan yang diperuntukkan khusus bagi beliau. Apabila perbuatan itu telah ditetapkan khusus bagi Rasulullah, seperti dibolehkannya beliau melanjutkan puasa pada malam hari tanpa berbuka, atau dibolehkannya menikah dengan lebih dari empat wanita, dan lain sebagainya dari kekhususan beliau; maka dalam hal ini kita tidak diperkenankan mengikutinya. Sebab, perbuatan-perbuatan tersebut telah terbukti diperuntukkan khusus bagi beliau berdasarkan Ijmak Sahabat. Oleh kerana itu tidak dibolehkan meneladani beliau dalam perbuatan-perbuatan semacam ini.

Akan halnya dengan perbuatan beliau yang kita kenal sebagai penjelas bagi kita, tidak ada perselisihan bahwa hal itu merupakan dalil. Dalam hal ini penjelasan tersebut boleh berupa perkataan, seperti sabda beliau:

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَليِّ
“Solatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku solat”

خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ
"Laksanakan manasik hajimu berdasarkan manasikku (apa yang telah aku kerjakan)"

Hadis ini menunjukkan bahawa perbuatan beliau merupakan penjelas, agar kita mengikutinya. Penjelasan beliau bisa juga berupa qaraain al ahwal, yakni qarinah/indikasi yang menerangkan bentuk perbuatan, seperti memotong pergelangan pencuri sebagai penjelas firman Allah SWT:

فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا
"Maka potonglah tangan keduanya." (Surah Al-Maidah : 38)

Status penjelas yang terdapat dalam perbuatan Rasulullah, baik berupa ucapan maupun indikasi yang menerangkan bentuk perbuatan, dapat mengikuti hukum apa yang telah dijelaskan, apakah itu wajib, haram, mandub(sunat) atau mubah(harus) sesuai dengan arah penunjukan dalil.

Sedangkan perbuatan-perbuatan beliau yang tidak terdapat di dalamnya indikasi yang menunjukkan bahawa hal itu merupakan penjelas, bukan penolakan dan bukan pula ketetapan. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan apakah di dalamnya terdapat maksud untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) atau tidak. Apabila di dalamnya terdapat keinginan untuk bertaqarrub kepada Allah maka perbuatan itu termasuk mandub(sunat), di mana seseorang akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu dan tidak mendapatkan balasan jika meninggalkannya. Misalnya Solat Duha. Sedangkan jika tidak terdapat di dalamnya keinginan untuk bertaqarrub, maka perbuatan tersebut termasuk mubah(harus).

PESAN TERAKHIR RASULULLAH (Isi kuthbah Rasulullah)

Ketika Rasulullah mengerjakan ibadah haji yang terakhir, maka pada 9 Zulhijjah tahun 10 hijarah di Lembah Uranah, Bukit Arafah, beliau menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan kaum Muslimin, di antara isi dari khutbah terakhir Rasulullah itu ialah:

"Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan, Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu, dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini pada hari ini.

"Wahai manusia, sebagaimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci, anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi. Ingatlah bahwa sesungguhya kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.

"Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil.

"Wahai manusia sebagaimana kamu mempunyai hak atas isteri kamu, mereka juga mempunyai hak ke atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak diberikan makan dan pakaian, dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.

"Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah Allah, dirikanlah solat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ibadah haji sekiranya kamu mampu. Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama; tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal saleh.

"Ingatlah, bahawa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan. Oleh itu, awasilah agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.

"Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Qur'an dan Sunnahku.

"Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya telah aku sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba-Mu."


KRONOLOGI PERKEMBANGAN ISLAM

sumber artikel: http://ms.wikipedia.org/wiki/Nabi_Muhammad_s.a.w.
[More]
Saidina Ali Abi Talib (bahasa Arab: علي بن أبي طالب‎) ialah khalifah keempat Islam dari kalangan Khulafa al-Rasyidin. Beliau juga adalah sepupu dan menantu Nabi Muhammad s.a.w. setelah menikahi anak perempuan Rasulullah s.a.w. yaitu Fatimah.

KEHIDUPAN AWAL

Saidina Ali dilahirkan di Makkah pada tahun 598. Bapak Saidina Ali, Abu Talib ialah pembesar kaum Quraisy dan juga ayah dari saudara Nabi Muhammad s.a.w.. Semasa Nabi Muhammad s.a.w. menerima wahyu dari Allah s.w.t., Saidina Ali merupakan kanak-kanak pertama yang memeluk Islam.

Saidina Ali senantiasa menyokong Nabi Muhammad s.a.w. semasa kezaliman terhadap orang Muslim berlaku. Pada tahun 622 masehi, semasa peristiwa hijrah berlaku, Saidina Ali mengambil resiko dengan tidur di katil Rasulullah s.a.w. lalu berhasil mencegah suatu percubaan yang akan membunuh Rasulullah.

ALI BIN ABI TAHLIB DI MADINAH

Semasa berlakunya Perang Badar, Saidina Ali menumpaskan seorang jagoan Quraisy yaitu Walid ibni Utba di samping askar-askar Makkah yang lain. disamping itu para sahabat Rasulullah juga memainkan peranan yang penting di sisi Nabi sebagai pejuang agama Allah. Beliau menikahi Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah s.a.w. Ketika itu beliau berumur 25 tahun dan Siti Fatimah berumur 18 tahun. Kerana kemiskinannya Saidina Ali menjual baju besi perangnya untuk dijadikan mahar. walaupun begitu para sahabat lain seperti Saidina Abu Bakar, Saidina Umar, Saidina Usman dan Saidina Abdul Rahman bin Auf berbesar hati mengeluarkan perbelanjaan pernikahan kedua pengantin itu demi memuliakan Rasulullah SAW, kekasih yang amat mereka cintai.

Sepanjang sepuluh tahun Nabi Muhammad s.a.w. mengetuai penduduk Madinah, Saidina Ali senantiasa menolong dan membantu baginda demi kemajuan umat Islam.


KEWAFATAN RASULULLAH S.A.W...

Setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. pada tahun 632 masehi, Saidina Abu Bakar dilantik menjadi khalifah pertama umat Islam. Adalah dikatakan bahawa Saidina Ali hanya menerima Saidina Abu Bakar beberapa waktu selepas Saidina Abu Bakar dilantik. Hal ini masih samar-samar. Ahli Sunah Waljamaah percaya perlantikan Saidina Abu Bakar merupakan sesuatu yang tepat sekali mengikut syariat Allah dan Rasulullah. Golongan Syiah pula percaya memandangkan Saidina Ali merupakan menantu dan sepupu kepada Rasulullah s.a.w. maka beliaulah yang seharusnya dilantik menjadi khalifah.

MENJADI KHALIFAH KE-4

Pada tahun 656 masehi, khalifah ketiga Islam yaitu Saidina Uthman bin Affan wafat kerana dibunuh oleh budak pemberontak di dalam rumahnya sendiri. Pemberontakan mereka atas sebab tidak puas hati dengan Saidina Uthman yang dikatakan mengamalkan nepotisme dan menggunakan harta baitul mal untuk keluarganya. Atas keputusan ahli Syura mencadangkan Saidina Ali supaya menjadi khalifah tetapi Saidina Ali menolak. Tetapi selepas didesak, beliau akhirnya menerima untuk menjadi khalifah.


KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB

Perkara pertama beliau lakukan selepas dilantik menjadi khalifah ialah mencari pembunuh saidina Uthman mengikuti anjuran syariat Islam. dengan menghapuskan pemberontakan yang hendak dibuat oleh golongan Rafidhah yang menghasut para sahabat. Isteri Rasulullah yaitu Ummul Mukminin Aisyah, dan dua orang sahabat Nabi yaitu Talhah ibn Ubaidillah dan Zubair ibn Awwam telah terlibat sama. Pemberontakan itu berjaya ditumpaskan oleh Saidina Ali dalam Perang Jamal (juga dikenali sebagai Perang Unta). Dalam peperangan ini, Talhah dan Zubair menjadi korban akibat dibunuh oleh golongan Rafidhah yang mengaku sebagai pengikut Saidina Ali. Manakala Aisyah dikembalikan ke Madinah oleh Saidina Ali. Beliau menjalankan satu misi dengan mengarahkan 100 orang wanita menyamar lelaki dan menutup muka, lalu menarik unta Ummul Mukminin Aisyah kembali ke Madinah.

Namun ada juga yang mengatakan: Keluarnya Aisyah bersama Thalhah dan Az Zubair bin Al Awwam ke Bashrah dalam rangka mempersatukan kekuatan mereka bersama Ali bin Abi Thalib untuk menegakkan hukum qishash terhadap para pembunuh Utsman bin Affan. Hanya saja Ali bin Abi Thalib meminta penundaan untuk menunaikan permintaan qishash tersebut. Ini semua mereka lakukan berdasarkan ijtihad walaupun Ali bin Abi Thalib lebih mendekati kebenaran daripada mereka. (Daf'ul Kadzib 216-217)

Selepas itu, Saidina Ali melantik gubernor-gubernor baru untuk menggantikan pemimpin-pemimpin yang dilantik oleh Saidina Uthman. Saidina Ali memindahkan pusat kepemimpinan Islam dari Madinah ke Kufah, Iraq. Kota Damsyik, Syria pula dipimpin oleh Muawiyah, Gubernor Syria dan saudara Saidina Uthman. Muawiyah telah dilantik sebagai pemimpin pada masa pemerintahan Saidina Umar lagi.

Muawiyah, yang menyimpan cita-cita politik yang besar, berpendapat bahawa siasat berkenaan dengan pembunuhan Saidina Uthman adalah merupakan keutamaan bagi negara ketika itu dan beliau ingin mengetahui siapakah pembunuh Saidina Uthman dan pembunuh tersebut mestilah dihukum qisas. Bagi Saidina Ali, beliau berpendapat keadaan dalam negara hendaklah diamankan terlebih dahulu dengan seluruh penduduk berbaiah kepadanya sebelum beliau menyiasati kes pembunuhan Saidina Uthman. Muawiyah kemudian menyatakan rasa kesal dengan kelambatan Saidina Ali menyiasati kematian Saidina Uthman, lalu melancarkan serangan ke pada Saidina Ali. Akhirnya terjadilah Perang Siffin di antara Muawiyah dan Saidina Ali. Di dalam peperangan ini antara para sahabat yang terlibat adalah Amru Al-Ash, Ammar ibn Yasir, Abdullah ibn Amru Al Ash, Abdullah ibn Abbas.

Ada di antara para sahabat bersikap terkecuali di dalam hal ini. Diantaranya adalah Abdullah ibn Umar, Muhammad ibn Maslamah, Sa'ad ibn Abi Waqqas, Usamah ibn Zaid.

sumber artikel: http://ms.wikipedia.org/wiki/Saidina_Ali_Abi_Talib
[More]
BIOGRAFI

Uthman bin Affan (Arab: عثمان بن عفان) merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. Ketika beliau menjadi khalifah, berlaku perselisihan dikalangan umat Islam mengenai cara bacaan Al-Quran. Disebabkan oleh itu Uthman bin Affan telah meminjam suhuf, (kumpulan penulisan Al-Quran dari Hafsa. Selepas itu Uthman bin Affan telah memerintahkan empat orang sahabat untuk menyalin semula Al-Quran dalam bentuk yang sempurna yang dikenali sebagai Mushaf Uthman. Salinan Mushaf Uthman tersebut dikirim keseluruh pusat jajahan untuk menggantikan salinan-salinan yang lain.
Saidina Uthman dilahirkan di dalam sebuah keluarga Quraish yang kaya di Makkah beberapa tahun selepas kelahiran Nabi Muhammad s.a.w.. Dia ialah salah seorang dari orang yang pertama kali memeluk Islam dan amat dikenali karena sifat dermawannya kepada orang yang susah. Beliau juga berhijrah ke Habshah dan kemudian berhijrah dari Makkah ke Madinah.

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA PEMRINTAHAN UTHMAN BIN AFFAN

Saidina Uthman menjadi khalifah setelah Saidina Umar Al-Khatab dibunuh pada tahun 644. Beliau memerintah selama dua belas tahun yaitu dari tahun 644 sampai tahun 656. Semasa pemerintahannya, keseluruhan Iran, sebagian dari Afrika Utara, dan Cyprus menjadi sebagian dari kerajaan Islam. Adalah dikatakan bahawa Saidina Umar melantik saudaranya sebagai pemimpin kawasan baru Islam. Enam tahun pertama pemerintahannya dianggap aman tetapi enam tahun terakhir keadaan dianggap huru-hara. Beliau juga berjaya menghabiskan usaha pengumpulan Al Quran yang dimulakan oleh Saidina Abu Bakar (khalifah pertama Islam).

PANDANGAN AHLI SUNAH MENGENAI SAIDINA UTHMAN

Menurut pandangan ahli Sunah Waljamaah, dia menikahi dua orang puteri Rasulullah s.a.w. dalam masa yang berbeda. Saidina Uthman Radhiallahu An'hu juga telah dijanjikan syurga.


PANDANGAN SYIAH MENGENAI SAIDINA UTHMAN

Golongan Syiah percaya bahwa Saidina Ali Abi Talib yang sepatutnya menjadi khalifah memandangkan beliau ialah sepupu dan menantu Nabi Muhammad s.a.w.. Mereka percaya bahawa Saidina Uthman tamak dan mementingkan saudara sendiri dalam melantik pemimpin di kawasan baru Islam.

sumber artikel: http://ms.wikipedia.org/wiki/Saidina_Uthman_Affan


[More]
KEHIDUPAN AWAL

Saidina Umar dilahirkan di Makkah. Beliau dikatakan berasal dari golongan kelas pertengahan. Beliau juga orang yang berilmu yaitu merupakan perkara yang amat jarang pada masa tersebut dan juga merupakan seorang pejuang dan perwira yang gagah dan terkenal karena kegagahannya.


MEMELUK ISLAM

Semasa Nabi Muhammad s.a.w. mulai menyebarkan Islam secara terang-terangan, Saidina Umar mempertahankan ajaran tradisi masyarakat Quraisy. Saidina Umar ialah antara orang yang paling kuat menentang Islam pada masa itu.

Menurut ahli sejarah Islam, semasa Saidina Umar dalam perjalanan untuk membunuh Rasulullah s.a.w., beliau bertemu dengan seseorang yang mengatakan bahawa beliau haruslah membunuh adik perempuannya dahulu memandang adiknya telah memeluk Islam.

Saidina Umar pergi ke rumah adiknya dan mendapati adiknya sedang membaca Al Quran. Dalam keadaan yang marah dan kecewa beliau memukul adiknya. Apabila melihat adiknya berdarah, beliau meminta maaf dan sebagai balasan beliau akan membaca secebis ayat Al Quran kepada adiknya. Beliau merasa terharu ketika mendengar ayat-ayat Al Quran yang begitu indah sehingga beliau memeluk Islam pada hari itu juga.

Selepas peristiwa itu, beliau berjanji akan melindungi Islam sehingga ke titisan darah terakhir.

SAIDINA UMAR DI MADINAH

Saidina umar merupakan tentara individu yang berhijrah ke Yathrib (kemudian dikenal sebagai Madinah). Dia merupakan salah seorang dari Sahabat Rasulullah s.a.w..

Pada tahun 625, anak perempuan Saidina Umar yaitu Hafsa mengahwini Nabi Muhammad s.a.w.

WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW.

Nabi Muhammad s.a.w. wafat pada tahun 632 masEhi. Saidina Umar dikatakan sangat sedih dengan wafatnya Rasulullah s.a.w. sehingga beliau sanggup membunuh siapa saja yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat. Beliau kemudian kembali tenang selepas Saidina Abu Bakar (khalifah pertama umat Islam) berucap "siapa yang menyembah Muhammad ketahuilah bahwa baginda telah wafat, tetapi siapa yang menyembah Allah s.w.t., ketahuilah bahawa Allah itu hidup dan tidak akan mati." Saidina Abu Bakar kemudian membaca beberapa keping ayat Al Quran untuk mententeramkan umat Islam.

Saidina Abu Bakar dengan sokongan Saidina Umar menjadi khalifah pertama umat Islam. Semasa pemerintahan singkat Saidina Abu Bakar, Saidina Umar merupakan penasihat Saidina Abu Bakar. Saidina Abu Bakar mencalonkan Saidina Umar sebagai penggantinya sebelum kematiannya pada tahun 634 masihi. Dengan itu Saidina Umar menjadi khalifah kedua umat Islam.

PEMERINTAHAN SIDINA UMAR

Semasa pemerintah Saidina Umar, wilayah kerajaan Islam berkembang dengan pesat; menawan Mesopotamia dan sebagian kawasan Persia dari kerajaan Persia (berjaya menguasai kerajaan Persia), dan menawan Mesir, Palestin, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari kekuasaan Byzantine (Romawi Timur).Diantara pertempuran ini menunjukkan ketangkasan tentera Islam seperti Perang Yarmuk yang menyaksikan tentera Islam yang berjumlah 40,000 orang menumpaskan tentera Byzantine yang berjumlah 120,000 orang. Hal ini mengakhiri pemerintahan Byzantine di selatan Asia Kecil.

Pada tahun 637, selepas pengempungan Baitulmuqaddis yang agak lama, tentera Islam berjaya menaklukan kota tersebut. Paderi besar Baitulmuqaddis yaitu Sophronius menyerahkan kunci kota itu kepada Saidina Umar. Beliau kemudian mengajak Saidina Umar supaya bersembahyang di dalam gereja besar Kristian yaitu gereja Church of the Holy Sepulchre. Saidina Umar menolak dan sebaliknya menunaikan solat tidak jauh dari gereja tersebut karena tidak ingin mencemarkan status gereja tersebut sebagai pusat keagamaan Kristian. 50 tahun kemudian, sebuah masjid yang digelar Masjid Umar dibina di tempat Saidina Umar menunaikan solat.

Saidina Umar banyak melakukan reformasi terhadap sistem pemerintahan Islam seperti menubuhkan kepemimpinan baru di kawasan yang baru ditaklukan dan melantik panglima-panglima perang yang tangguh. Semasa pemerintahannya juga kota Basra dan Kufah dibina.

Saidina Umar juga amat dikenali kerana kehidupannya yang sederhana.


WAFATNYA SAIDINA UMAR

Saidina Umar wafat pada tahun 644 selepas dibunuh oleh seorang hamba PErsia yang bernama Abu Lu'lu'ah. Abu Lu'lu'ah menikam Saidina Umar kerana menyimpan dendam terhadap Saidina Umar. Dia menikam Saidina Umar sebanyak enam kali sewaktu Saidina Umar menjadi imam di Masjid al-Nabawi, Madinah.

Saidina Umar meninggal dunia dua hari kemudian dan dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad s.a.w. dan makam Saidina Abu Bakar. Saidina Uthman bin Affan dilantik menjadi khalifah selepas kematiannya.

sumber arikel: http://ms.wikipedia.org/wiki/Saidina_Umar_Al-Khatab
[More]